Sabtu, 19 November 2016

Indonesia Emas 2045



Pendidikan merupakan proses untuk menjadikan manusia sosok yang cerdas, dan mampu mengembangkan potensi yang ada pada dirinya. Pendidikan yang baik haruslah mampu mendidik para peserta didiknya untuk memiliki jiwa yang religius dan semangat nasionalisme, dan bukan hanya sekedar mengajarkan ilmu pengetahuan.
Di Indonesia, pendidikan sebenarnya telah ada sejak lama, namun pendidikan bagi rakyat Indonesia pada saat itu hanya mampu ditempuh oleh kaum ningrat. Sampai suatu ketika hadirlah sosok Ki Hajar Dewantara yang memperjuangkan pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia dengan mendirikan lembaga pendidikan di saat rakyat Indonesia belum menyadari akan pentingnya pendidikan. Sehingga dengan pengabdian dan perjuangan beliau, beliau ditetapkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional. Dan tanggal lahirnya, yaitu 2 Mei, ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Namun pada peringatan Hardiknas 2 Mei 2012, pemerintah mengumumkan akan adanya program baru pemetintah untuk mencetak generasi emas 2045. Saat itu, Mendikbud Muhammad Nuh berujar, “Tahun ini kami canangkan sebagai masa ‘menanam’ generasi emas tersebut. Dari 2012-2035, Indonesia mendapat bonus demografi, dimana jumlah penduduk usia produktif paling tinggi di antara usia anak-anak dan orang tua”
Apakah bonus demografi itu?

Periode bonus demografi Indonesia berlangsung pada 2010-2035, di mana usia produktif paling tinggi di antara usia anak-anak dan orang tua. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2011, jumlah penduduk Indonesia 2010 usia muda lebih banyak dibandingkan dengan usia tua. Dalam data itu terlihat, jumlah anak kelompok usia 0-9 tahun sebanyak 45,93 juta, sedangkan anak usia 10-19 tahun berjumlah 43,55 juta jiwa. Nanti pada 2045, mereka yang usia 0-9 tahun akan berusia 35-45 tahun, sedangkan yang usia 10-20 tahun berusia 45-54.
Untuk cita-cita itu semua, Bapak M. Nuh menyatakan tahun ini sebagai Tahun Investasi untuk menanam ‘generasi emas’ Indonesia. Berbagai langkah konkrit telah dilakukan dan disiapkan untuk menyongsong HUT Kemerdekaan RI yang ke 100. Pemerintah telah menyiapkan grand design pendidikan untuk merealisasikan rencana besar yang diharapkan terwujud di tahun 2045. Grand design itu antara lain :
1. Pendidikan anak usia dini digencarkan dengan PAUD,  peningkatan kualitas PAUD, dan pendidikan dasar berkualitas dan merata.
2. Selain itu, pembangunan sekolah/ruang kelas baru dan rehabilitasi bangunan tempat kegiatan belajar mengajar yang sudah tak layak akan dilakukan secara besar-besaran.
3. Ada aspek pelajarnya, Pemerintah akan mengupayakan intervensi khusus untuk meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) siswa SMA/ sederajat. Pak M. Nuh menambahkan bahwa melalui upaya percepatan ini diharapkan APK SMA/sederajat dapat mencapai 97 persen pada 2020. Sementara bila tanpa intervensi persentase APK  diperkirakan baru tercapai pada 2040.
4. Di sisi lain peningkatan APK perguruan tinggi juga dilakukan dengan meningkatan akses, memastikan keterjangkauan, dan memastikan ketersediaan.
5. Pemerintah melalui Kemenristek Dikti pun telah menyiapkan program Beasiswa Unggulan, dimana program tersebut nantinya akan diberikan kepada para mahasiswa yang unggul dalam bidang akademik, berada dalam bidang studi dengan grade tinggi, dan memiliki semangat dalam mempelajari hal-hal baru.

Dari program tersebut, generasi baru diharapkan dapat menjadi generasi yang produktif, inovatif, berperadaban unggul, serta damai dalam interaksi sosial. Program-program tersebut lah yang menjadi langkah awal pemerintah dalam menyiapkan generasi emas 2045. Namun tentu saja program-program tersebut dapat mencapai tujuannya jika masyarakat ikut mengambil andil dalam mewujudkan Indonesia emas 2045.
Dilain hal, ada kekhawatiran Pak M. Nuh bahwa bonus demografi ini selain bisa mendatangkan berkah, tentu bisa juga mengakibatkan bencana. Bagai 2 sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Ada baik, ada pula yang buruk. Ada kesuksesan ada kegagalan. Ada hitam ada putih. Tentu, menjadi sesuatu yang harus menjadi keyakinan/keimanan kita, bahwa yang bisa mendatangkan berkah atau menolak bencana ini hanyalah Tuhan Yang Maha Kuasa. Manusia hanya berhak berusaha dengan sekuat tenaga dan berdo’a sebanyak-banyaknya serta tawakkal sekuat-kuatnya.
Sebagai negara yang menjadikan sila pertamanya adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, sudah pasti, harus menyandarkan semua cita-cita, harapan, rencana, grand design dan keinginan-keinginan yang lain hanyalah kepada-Nya. 
Jelas sekali tujuan akhir dari pendidikan nasional kita adalah untuk mendekat, sedekat-dekatnya, kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan mendekat, maka Tuhan akan cinta. Dengan adanya kedekatan dan rasa sayang itu pula, pada akhirnya cita-cita, keinginan dan segala rencana kita, akan lebih mudah tergapai dan terlaksana. Dan pastinya mendatangkan berkah (dividend) bukan bencana (disaster).
Mari kita lihat, beberapa hari yang lalu, negeri ini mengimpor dengan senang hati ‘pendidikan dan kebudayaan asing’ yang telah menggetarkan pada generasi muda di kota-kota besar. Konser para bintang luar negeri yang penampilannya sering terkesan melenceng dari norma-norma yang ada di masyarakat kita, telah menggebrak kota-kota besar di Indonesia. Tergelitik kita untuk bertanya, siapakah penonton yang rela antri berjam-jam, merogoh kocek jutaan rupiah itu? Lalu, berapakah usia mereka yang lagi terhipnotis menikmati hiburan yang tidak mendidik ini? Dan siapakah orang-orang yang telah memberikan ijin, fasilitas kepada para artis itu?Penonton itu adalah generasi-generasi muda di negeri ini, usia mereka kebanyakan antara 10 – 30 tahunan, dan orang-orang yang telah memberikan jalan masuk untuk para artis ini tentunya adalah pemerintah.

Banyak pula tingkah laku artis-artis dalam negeri, maupun pejabat-pejabatnya. Mereka bisa tampil leluasa dan tanpa rasa malu sedikitpun dengan dandanan dan pakaian yang ‘kurang kain’, ketat membentuk lekuk tubuh. Belum lagi peredaran VCD porno, hampir tidak pernah surut mengalir hingga ke saku HP anak-anak sekolah dasar di negeri ini. Dimanakah Satgas Antipornoaksi dan Antipornografi sebagai alat pemerintah. Sekali lagi, siapakah penikmat, pemirsa, pendengar, dan pembelajar dari ‘pendidikan dan kebudayaan amoral’ seperti ini? Mreka adalah anak-anak kita, anak didik bangsa ini, generasi yang dikatakan oleh Pak Menteri M. Nuh sebagai generasi emas, bonus demografi, generasi yang kelak 30-40 tahun lagi akan menggantikan pejabat-pejabat atau bos-bos yang saat ini masih bercokol.
Kita, tentu, sangat sepakat sekali dengan cita-cita Pak M. Nuh bahwa generasi emas harus segera disiapkan sekarang juga dengan berbagai macam cara. Pemerintah harus serius mengajak dan menjaga semua warga negaranya agar senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan untuk taat. Tidak malah sebaliknya.
Dengan mendekat dan taat, visi Bangkitnya Generasi Emas 2045 akan benar-benar menjadi sebuah cita-cita. Niat untuk menggapai cita-cita tentu tidak sama dengan niat untuk mendapatkan pesona. Karena memiliki cita-cita pasti dilandasi karena Tuhan serta keinginan luhur yang layak untuk didukung dan diperjuangkan. Hal-hal mengenai penunjang program-program dalam grand design dan lain-lain akan diselenggarakan secara seksama dan bijaksana. Sedangkan niat menebarkan pesona sudah pasti ditujukan karena ingin pujian, sanjungan, tepuk tangan dan balasan manusia. 

TINGGALKAN BALASAN

Alamat surel Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *
 
 
 
 















Share:

0 comments:

Posting Komentar